Sabtu, 17 Agustus 2013

Kebebasan menuju kesengsaraan

Bebas itu ya bebas.. bebas bagaimana ? bebas sebebas-bebasnya. Itulah keinginan mungkin setiap manusia. Akan tetapi keinginan bebas itu sendiri jika tidak dikendalikan malah akan berdampak negatif barangkali salah satu sisinya. Kemungkinan bisa juga ada dampak positifnya.
Hidup ini adalah ya hidup. Hidup merupakan hak asasi manusia sejak dilahirkannya di dunia. Jika hidup ini dibiarkan saja hidup apa dampaknya. Hidup tanpa arah dan tujuan ya.. apalah arti hidup itu. Mending tidak usah hidup jika tidak ada arah dan tujuan. Ibarat seperti orang gila ia bigung mau kemana tujuannta apa mereka tidak tahu, asal jalan sana jalan sini asalkan jalan saja tanpa tujuan pasti. Nah inilah hidup tanpa arah dan tujuan.
Kita hidup di dunia ini tentu saja tidak mau seperti orang gila tadi, akan tetapi sebagai manusia normal kita memiliki arah dan tujuan hidup yang pasti. Akan tetapi bagaimana cara hidup itu bermakna. Tentu saja kita harus menggali potensi dan kemampuan yang ada pada manusia itu sendiri. Potensi yang dimiliki manusia itu adalah manusia memiliki akal, memiliki hati dan perasaan, memiliki nurani, keinginan, kehendak dan bertindak.

Kepemilikan akal, persaan, hati nurani inilah untuk berfikir dan mengolah bagaimana seharusnya hidup ini. Bukankah hidup manusia saat dilahirkan didunia ini langsung mendapat kebebasan? Ya mungkin saja iya…
Cobalah lihat manusia ketika dilahirkan dari perut atau rahim ibunya ia bebas untuk menghirup udara, ia bebas bergerak. Kebebasan inilah kebebasan tak terhingga karena hak asasi manusia untuk dimiliki. Tetapi apakah begitu terus selamanya tanpa mengetahui atau masa bodo?.  
Manusia adalah makhluk dinamis yang selalu berubah. Perubahan ini bisa membentuk kepribadian diri. Dari perubahan-perubahan manusia akan menggali potensinya dari kehidupan ini. Mencari apa sebenarnya hidup ini.
Kita dilahirkan dari bapak ibu kita atau katakanlah dari kedua orang tua kita. Dari kedua orang tua inilah yang memberikan kesan kepada kita. Akan memebrikan coretan kehidupan kita. Dan ini tergantung kepada orang tua yang mengasuhnya.
Marilah kita berfikir jika kita sebagai manusia buta akan pemberian hidup tanpa memikirkan yang memberikan hidup sama halnya dengan tanpa Tuhan. Semula manusia itu bingung kok bisa kita hidup didunia, siapa yang memberi semua ini. Kita bisa bernafas, bisa berjalan, dan yang lebih besar adalah diberikannya alam semesta dan jagat raya ini untuk kehiduapan manusia.
Apakah manusia itu tidak berfikir? Bahkan Nabi Musa saja penasaran siapakah yang membuat alam ini, bahkan Ia selalu mencari-cari siapa yang memberikan alam ini sehingga manusia bisa berpijak di alam ini

Betapa kayanya manusia ini telah diberikan benda berat yang sangat berat yang berupa bola, bola bumi kita yang sebagai pijakan. Bukankah ini milik manusia untuk dikelola dengan baik dan hanya untuk kemakmuran manusia itu sendiri.

Betapa adailnya Tuhan dan betapa hebatnya Tuhan. Dia telah membuat jagat raya ini untuk makhlukNya. Ia buat segala macam makhluk untuk menghuni alam ini. Dan tak terkecuali semua hidup dan makan dari isi bumi ini.

Cobalah renungkan sejak dibuatnya bumi langit dan seisinya sampai sekarang tidak habis padahal sudah bermilyar-milyar tahun. Regenerasi silih berganti. Tetapi Tuhan tidak pernah berganti.
Awal mula manusia yang paling penasaran di dunia ini adalah Nabi Musa, Ia mencari Tuhan yang membuat jagat raya ini. Ia selalu mengikuti perubahan-perubahan alam dan fenomena-fenomena alam hanya untuk membuktikan siapakah yang membuat bumi ini.

Heran dan penasaran hati dan pikiran Nabi Musa setiap detik setiap waktu Ia menyimak alam dan menunjuk fenomena alam apakah Dia Sang Pencipta alam ini. Setiap kali setiap hari dan bahkan berbulan-bulan hingga 

tahun demi tahun Ia memikirkanya.
Bahkan Nabi musa mencaoba ingin melihat langsung melihat Tuhan dengan cara membuat tempat yang lebih tinggi yang sekarang ini masih ada sebagai peninggalan yang ada di Negara Mesir yaitu dengan Piramida yang Ia buat dengan anak buahnya.

Yang lebih lagi Nabi Sulaiman mencoba menantang Tuhan untuk mencoba menjamin untuk memberikan makanan semua hewan yang ada dilaut. Ia sungguh-sungguh untuk meberikan makanan yang telah disediakan bersama anak buahnya. Dengan rasa tenang makanan dikumpulkan bersama anak buahnya di suatu lapangan luas untuk menyiapkan bahan makanan yang akan diberikan.

Saat itu pikiran Nabi  merasa mampu karena ia paling kaya di dunia. Tetapi apa yang terjadi hanya dengan hitungan detik semua makan yang telah disediakan selapangan langsung habis seketika dilalap oleh ikan besar. Pikran Nabi menciut seciut jalan yang tidak bisa lagi dilewati bahkan semut pun tidak bisa lewat.
Akirnya mengakui bahwa Tuhan adalah Masa Kuasa dan Maha Besar yang mampu menjamin kehidupan semua makhluknya. Tanpa kecuali.

Kembali kepada “kebebasan” ternyata kebebasan tidak bisa memberikan jalan yang teran tetapi hanya memberikan kesengsaraan karena kebanyakan mereka salah jalan. Itulah akhirnya kesesatan yang ada.
Tidak bisa manusia bebas semaunya. Kalau pun bebas sebebas-bebasya ia akan menemukan jalan kesesatan  dan menemukan jalan yang buntu dan akan menemukan pintu kesengsaraan.

Agar manusia tidak bebas seperti hewan manusia diberikan seorang utusan dari Tuhan untuk memberikan pencerahan jalan kehidupan yaitu seorang Nabi dan Rasul. Agar tahu jalan yang terang yang akan dilalui dan yang akan dijalankan.

Tidak hanya itu, Tuhan pun masih memberikan ajaran melalui kitab-kitabnya yang diberikan untuk mengajak manusia ke dalam jalan yang terang.

Cobalah renungkan bila manusia di bebaskan hidup bebas tanpa batas banyak orang yang gila dengan keduniaan sehingga hidup tak karuan. Hidupnya tanpa manfaat dan kebaikan. Akhirnya sengsara yang ia terima dan hadapi sendiri.
Ahad, 18 Agustus 2013.
Jam  : 1.17  
~Ahmad Yazid Muarrif, S.Pd.I~

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates