Bebas itu ya bebas.. bebas bagaimana ? bebas
sebebas-bebasnya. Itulah keinginan mungkin setiap manusia. Akan tetapi
keinginan bebas itu sendiri jika tidak dikendalikan malah akan berdampak
negatif barangkali salah satu sisinya. Kemungkinan bisa juga ada dampak
positifnya.
Hidup ini adalah ya hidup. Hidup merupakan hak asasi manusia
sejak dilahirkannya di dunia. Jika hidup ini dibiarkan saja hidup apa
dampaknya. Hidup tanpa arah dan tujuan ya.. apalah arti hidup itu. Mending tidak
usah hidup jika tidak ada arah dan tujuan. Ibarat seperti orang gila ia bigung
mau kemana tujuannta apa mereka tidak tahu, asal jalan sana jalan sini asalkan
jalan saja tanpa tujuan pasti. Nah inilah hidup tanpa arah dan tujuan.
Kita hidup di dunia ini tentu saja tidak mau seperti orang
gila tadi, akan tetapi sebagai manusia normal kita memiliki arah dan tujuan
hidup yang pasti. Akan tetapi bagaimana cara hidup itu bermakna. Tentu saja
kita harus menggali potensi dan kemampuan yang ada pada manusia itu sendiri. Potensi
yang dimiliki manusia itu adalah manusia memiliki akal, memiliki hati dan
perasaan, memiliki nurani, keinginan, kehendak dan bertindak.
Kepemilikan akal, persaan, hati nurani inilah untuk berfikir
dan mengolah bagaimana seharusnya hidup ini. Bukankah hidup manusia saat dilahirkan
didunia ini langsung mendapat kebebasan? Ya mungkin saja iya…
Cobalah lihat manusia ketika dilahirkan dari perut atau
rahim ibunya ia bebas untuk menghirup udara, ia bebas bergerak. Kebebasan inilah
kebebasan tak terhingga karena hak asasi manusia untuk dimiliki. Tetapi apakah
begitu terus selamanya tanpa mengetahui atau masa bodo?.
Manusia adalah makhluk dinamis yang selalu berubah. Perubahan
ini bisa membentuk kepribadian diri. Dari perubahan-perubahan manusia akan
menggali potensinya dari kehidupan ini. Mencari apa sebenarnya hidup ini.
Kita dilahirkan dari bapak ibu kita atau katakanlah dari
kedua orang tua kita. Dari kedua orang tua inilah yang memberikan kesan kepada
kita. Akan memebrikan coretan kehidupan kita. Dan ini tergantung kepada orang
tua yang mengasuhnya.
Marilah kita berfikir jika kita sebagai manusia buta akan
pemberian hidup tanpa memikirkan yang memberikan hidup sama halnya dengan tanpa
Tuhan. Semula manusia itu bingung kok bisa kita hidup didunia, siapa yang
memberi semua ini. Kita bisa bernafas, bisa berjalan, dan yang lebih besar
adalah diberikannya alam semesta dan jagat raya ini untuk kehiduapan manusia.
Apakah manusia itu tidak berfikir? Bahkan Nabi
Musa saja penasaran siapakah yang membuat alam ini, bahkan Ia selalu
mencari-cari siapa yang memberikan alam ini sehingga manusia bisa berpijak di
alam ini
Betapa kayanya manusia ini telah diberikan benda berat yang
sangat berat yang berupa bola, bola bumi kita yang sebagai pijakan. Bukankah ini
milik manusia untuk dikelola dengan baik dan hanya untuk kemakmuran manusia itu
sendiri.
Betapa adailnya Tuhan dan betapa hebatnya Tuhan. Dia telah
membuat jagat raya ini untuk makhlukNya. Ia buat segala macam makhluk untuk
menghuni alam ini. Dan tak terkecuali semua hidup dan makan dari isi bumi ini.
Cobalah renungkan sejak dibuatnya bumi langit dan seisinya
sampai sekarang tidak habis padahal sudah bermilyar-milyar tahun. Regenerasi silih
berganti. Tetapi Tuhan tidak pernah berganti.
Awal mula manusia yang paling penasaran di dunia ini adalah
Nabi Musa, Ia mencari Tuhan yang membuat jagat raya ini. Ia selalu mengikuti
perubahan-perubahan alam dan fenomena-fenomena alam hanya untuk membuktikan
siapakah yang membuat bumi ini.
Heran dan penasaran hati dan pikiran Nabi Musa setiap detik
setiap waktu Ia menyimak alam dan menunjuk fenomena alam apakah Dia Sang
Pencipta alam ini. Setiap kali setiap hari dan bahkan berbulan-bulan hingga
tahun demi tahun Ia memikirkanya.
Bahkan Nabi musa mencaoba ingin melihat langsung melihat
Tuhan dengan cara membuat tempat yang lebih tinggi yang sekarang ini masih ada
sebagai peninggalan yang ada di Negara Mesir yaitu dengan Piramida yang Ia buat
dengan anak buahnya.
Yang lebih lagi Nabi Sulaiman mencoba menantang Tuhan untuk
mencoba menjamin untuk memberikan makanan semua hewan yang ada dilaut. Ia sungguh-sungguh
untuk meberikan makanan yang telah disediakan bersama anak buahnya. Dengan rasa
tenang makanan dikumpulkan bersama anak buahnya di suatu lapangan luas untuk
menyiapkan bahan makanan yang akan diberikan.
Saat itu pikiran Nabi merasa mampu karena ia paling kaya di dunia. Tetapi
apa yang terjadi hanya dengan hitungan detik semua makan yang telah disediakan
selapangan langsung habis seketika dilalap oleh ikan besar. Pikran Nabi menciut
seciut jalan yang tidak bisa lagi dilewati bahkan semut pun tidak bisa lewat.
Akirnya mengakui bahwa Tuhan adalah Masa Kuasa dan Maha
Besar yang mampu menjamin kehidupan semua makhluknya. Tanpa kecuali.
Kembali kepada “kebebasan” ternyata kebebasan tidak bisa
memberikan jalan yang teran tetapi hanya memberikan kesengsaraan karena
kebanyakan mereka salah jalan. Itulah akhirnya kesesatan yang ada.
Tidak bisa manusia bebas semaunya. Kalau pun bebas
sebebas-bebasya ia akan menemukan jalan kesesatan dan menemukan jalan yang buntu dan akan
menemukan pintu kesengsaraan.
Agar manusia tidak bebas seperti hewan manusia diberikan seorang
utusan dari Tuhan untuk memberikan pencerahan jalan kehidupan yaitu seorang
Nabi dan Rasul. Agar tahu jalan yang terang yang akan dilalui dan yang akan
dijalankan.
Tidak hanya itu, Tuhan pun masih memberikan ajaran melalui
kitab-kitabnya yang diberikan untuk mengajak manusia ke dalam jalan yang
terang.
Cobalah renungkan bila manusia di bebaskan hidup bebas tanpa
batas banyak orang yang gila dengan keduniaan sehingga hidup tak karuan. Hidupnya
tanpa manfaat dan kebaikan. Akhirnya sengsara yang ia terima dan hadapi
sendiri.
Ahad, 18 Agustus 2013.
Jam : 1.17
~Ahmad Yazid Muarrif, S.Pd.I~