Sabtu, 15 Juni 2013

Mengenang Sejarah Singkat Syeh Maulana Maghribi


Foto : A.Yazid
Menurut sejarah, Syeh Maulana Maghribi adalah seorang  saudagar Arab yang juga giat menyebarkan agama Islam ditempat-tempat yang disinggahi.  Beliau wafat  dan dimakamkan di desa Mancingan. Makam syeh Maulana Maghribi sudah  lama dikenal dan diketahui orang banyak. Makam syeh Maulana Maghribi  berada dibukit Sentana  yang terletak di pesisir selatan  tepatnya di desa Parang Tritis yang sekarang dijadikan tempat obyek pariwisata.  
Awal kisah ceritanya bahwa dahulu sebelum datang syeh Maulana Maghribi datanglah seorang putra dari kerajaan Majapahit Jawa Timur bernama Begawan Selopawening,  salah satu putra dari raja Prabu Brawijaya yang sebenarnya bukan nama asli, hanya nama samaran dengan tujuan tidak diketahui oleh orang banyak, dalam pengembaraanya ini beserta anak buahnya yaitu di desa Pemancingan atau (kata orang desa sekitar desa Mancingan). Dari sinilah Begawan Selopawening menyiarkan ajaranya yaitu ajaran agama Budha.  Agar ajarannya cepat tersiar dengan baik Begawan Selopawening mendirikan padepokan yaitu padepokan mancingan.

Mengapa Begawan Selopawening datang dan menyiarkan ajaranya di desa Mancingan? Kedatangan Selopawening ini karena di Kerajaan Majapahit Jawa Timur sudah dianggap tidak aman dan nyaman untuk meneruskan ajaran agama Budha,  karena saat itu mulai meluasnya  ajaran Islam di daerah kerajaan Majapahit.  Hingga kemudian Selopawening meninggalkan dan mengembara dengan anak buahnya ke sebuah desa Mancingan  yang dianggapnya aman. Sebuah desa yang telaknya di Parang Tritis Yogyakarta.
Penasaran juga mengapa dinamakan desa Pemancingan atau Mancingan? Ternyata di desa ini dahulunya dijadikan tempat beradu kesaktian memancing ikan antara Begawan selopawening dengan syeh Maulana Maghribi.

Konon katanya desa ini sangat “angker”  ada yang mengatakan “Jalma mara jalma mati” yang artinya barang siapa yang datang di desa ini tidak akan bisa keluar atau mati di desa Mancingan. Wah karamat banget…  oleh karenanya dikatakan tidak sembarang orang masuk ke desa ini.

Suatu ketika Datanglah Syeh Maulana Maghribi yang datang dari negeri sebrang yaitu negeri Jazirah Arab (sesuai kisah cerita yang ada) Beliau adalah seorang penyiar ajaran agama Islam yang memiliki ilmu yang tinggi. Bahkan beliau termasuk Waliyullah konon ceritanya.  Maksud dan tujuan syeh Maulana Maghribi ini tak lain adalah menyiarkan ajaran agama Islam.

Dalam menyiarkan ajaran Islam di desa Mancingan Syeh Maulana Maghribi mengalami hambatan dan pertentangan. Pertentangan tersebut adalah menghadapi Begawan Selopawening yang telah datang terlebih dahulu menyiarkan ajaran agama Budha. Dengan keniatan yang baik demi menyiarkan ajaran Islam syeh Maulana Maghribi menemui Begawan Selopawening dengan tujuan untuk menyiarkan ajarannya di desa Mancingan, tapi apa yang terjadi tujuan baik syeh Maulana Maghribi ditolak oleh Begawan Selopawening kecuali terlebih dahulu menghadapi kesaktiannya.

Kesaktian yang dihadapi syeh Maulana Maghribi dengan begawan Selopawening ini adalah pertama adu sembunyi  kata orang jawa nyebutnya “delikan”  singkat ceritanya syeh Maulana Maghribi menang. Kedua adu memancing ikan, dalam adu memancing ini terjadi keanehan sehingga para penonton kagum. Apa keanehan itu ? dalam kisahnya syeh Maulana Maghribi memberi kesempatan terterlebih dahulu kepada begawan Selopawening untuk memancing ikan, dengan cepat Selopawening melemparkan kailnya langsung mendapat ikan besar, kagumlah orang-orang yang menyaksikannya. Kesempatan selanjutnya Syeh Maulana Maghribi,  dalam adu memancing ini Syeh Maulana Maghribi menggunakan walesan yaitu kail yang terbuat dari bambu.

Dalam adu memancing ikan ini syeh Maulana Maghribi mendapat ikan besar dan ikan tersebut sudah matang dan sedap rasanya, hingga orang-orang yang menyaksikannya kagum dan  siapa yang ingin makannya disilahkan untuk makan.  Setelah memenangkan adu tersebut begawan Selopawening kalah, hingga akhirnya mengakui kehebatan ilmunya Syeh Maulana Maghribi  yang sangat tinggi dan akhirnya padepokan Mancingan pun diserahkan. 

Padepokan yang didirikan begawan Selopawening yang berada dibukit Sentana,  oleh Syeh Maulana Maghribi dijadikan Pondok Pensantren. Disanalah ilmu-ilmu agama dipelajari dan perkembangan ajaran Islam mulai berkembang pesat di daerah sekitarnya hingga akhir hayat.

Dikisahkan juga bahwa walesan yang digunakan untuk memancing ikan ditanam dibelakang pondok pensantren yang sekarang  menjadi kebun bambu, orang desa Mancingan menyebutnya bambu Sentana atau bambu Mancingan hingga sekarang masih ada. (yazid)

16 komentar:

Unknown mengatakan...

jika syeh maulana maghribi meninggalkan sebuah pesantren, apakah pesantren itu masih ada sampai sekarang..? trus kalo ada, nama pesantrennya apa...?
syukron...

Unknown mengatakan...

ada apa gak?

Unknown mengatakan...

ada apa gak?

wahyu_jpr mengatakan...

Apa kisah syeh maulana maghribi itu benar dan tdk diada adakan sama penduduk sana???

Miss Agnez Mo mengatakan...

Makam Syekh Mualana Marghribi itu ada di Pandeglang Banten, bukan di Parang Tritis

MADRASAH DINIYAH QUR'ANIYAH TEGALSARI mengatakan...

Yang di Parangtritis itu petilasan menurut kabar

Sang Musafir mengatakan...

Ada banyak Syekh berjuluk AL MAGHRIBI

Setiawan.nardie mengatakan...

iya hanya Alloh yang maha tahu

Unknown mengatakan...

Ya sebagian besar waliAllah jaman dahulu seperti itu karomahnya.kita tidak bs memastikan satu makam saja karena hanya Allah yg tau.terkadang ada juga yg kesemuanya itu hanya petilasan dan hanya makam yg asli Allah yg maha tau dan belum diketemukan oleh manusia.

Danang Triyanto mengatakan...

sipp,, hal semacam itu kadang tidak bisa di jelaskan secara nalar

Unknown mengatakan...

Untuk tau sejarah dbutuhkn banyak keilmuan krn keilmuan satu menopang keilmuan lain Daripada kepo Nikmatin aja hasilnya klo msi kepo coba lakukan penelitian sendiri....hehhhh

Unknown mengatakan...

Mantab

Unknown mengatakan...

Baca aja di buku babad tanah jawi

Unknown mengatakan...

Saya juga belum baca

Unknown mengatakan...

Saya juga belum baca

Unknown mengatakan...

Makam wali & Auliya Allah itu biasa lebih Dr satu....Krn mreka tidak mati...lihat QS Al Baqarah : 154

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates